Aku pernah bersajak tentang rumit
Mengakhiri rumit di usia dua puluh empatku
Ternyata mengakhirnya bukan berarti
mendapat kemudahan
Pada masa itu, aku merasakan betapa
rumitnya mengikhlaskan seorang yang dicintai untuk berbahagia dengan orang
pilihannya
Betapa rumitnya mencoba kembali membuka
hati untuk orang baru yang belum diketahui
Semua terasa rumit..
Sampai-sampai aku berpikir,
"toh..cinta tak harus memiliki"
"toh..seorang wanita bisa memendam
rasa kepada orang yang dicintainya dan dapat hidup berbahagia dengan orang lain
yang mencintainya"
Namun, semakin jauh melangkah dari dia
yang sulit untuk diikhlaskan
Ternyata pemikiran seperti itu salah
Seorang yang benar-benar mencintai tentu
harus memiliki orang yang dicintainya
Terasa egois memang
Tapi mencintai dan dicintai adalah sebuah
keharusannya yang berkesinambungan
Aku pernah pesimis aku tidak dapat mencintai orang lain selain dia
Ternyata aku salah
Saat aku merasa lelah dan berputus asa
Tuhan mengirimkan seorang yang pertama melihatnya aku yakin dapat
hidup bahagia bersama dia
Dan begitu pun sebaliknya, ia meyakiniku untuk mendapingi hidupnya
dalam segala keadaan yang ada
Cinta memang sedahsyat itu..
Kita tidak tahu dengan siapa, kapan dan dimana akan bertemu cinta
yang sebenarnya
Tapi yang harus kita tahu, Tuhan telah menyediakan seorang yang
tepat dan pada waktu yang tepat pula untuk kita..